Pemilu 9 april 2014.
Pesta demokrasi Indonesia memilih calon legislative. Ini adalah hari dimana gue tidak dianggap
sebagai warga Negara. Karena gue tidak mendapat surat undangan memilih di
tempat pemungutan suara dimana gue berdomisili sekarang. Hal ini sama aja
dengan, loe tahu bahwa hari ini adalah hari pernikahan teman baik loe, tapi loe
gak diberikan surat undangan. Atau juga, gue punya pacar dan ketika jalan
bersama dan seorang teman pacar gue bertanya :
“Loe jalan bareng, ini
pacar loe!” teman nya nunjuk – nunjuk gue pake jari telunjuk.
Dan pacar gue pun
jawab “Bukan”.
Bisa jadi anggota kpu
lupa menghampiri rumah gue atau bisa jadi anggota kpu lupa ingatan. Sepertinya
dia bukan anggota kpu, tapi anggota satpol PP. Walaupun tidak mendapat surat undangan, gue
bisa aja mencoblos dengan menunjukkan kartu keluarga dan ktp. Tapi masalah nya
gue tidak dianggap bro… dimana harga diri gue…
Nampak nya gue sedikit
emosi… Pemerintah Indonesia masih belum menggangap rakyat nya sebagai rakyat.
Tidak menggangap jeruk sebagai jeruk. Karena mereka jeruk makan jeruk.
Indonesia harus
berbenah diri.
Akhirnya gue
memutuskan untuk tidak mencoblos. Memang hal ini tidak patut dicontoh. Bagi
pembaca jangan ditiru adegan ini tapi direnungkan apa yang salah dengan Negara
kita atau ada yang salah di wajah gue. Seperti nya loe menjawab tepat
sekali kpu yang salah. Sepertinya kita
pintar menyalahkan orang lain. Tapi apa boleh dikata, nasi telah menjadi bubur
dan bubur juga ogah menjadi nasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar